Widget HTML #1

Cara Pengawetan Bambu Menggunakan Bahan Kimia Atau Cara Modern




Pengawetan bambu dengan cara modern merupakan metode pengawetan bambu yang menggunakan campuran bahan- bahan yang bersifat kimia.

Pengawetan bambu memakai bahan kimia ada yang menggunakan bahan dasarnya air, ketika bambu basah menyerap air yang ada bahan pengawetnya setelah itu ketika pengeringan air menguap dan meninggalkan bahan pengawet didalam batang bambu.

Ada pula pengawetan yang memakai bahan dasar dari minyak dilakukan dengan proses pemanasan atau dengan menggunakan tekanan, biasanya digunakan pada bambu yang akan digunakan diluar ruangan sebab hasilnya menimbulkan aroma bau serta lengket

Pengawetan bambu lebih susah dibandingkan dengan mengawetkan kayu, hal tersebut berdasarkan pada struktur bambu tersebut yaitu:

  • Ketika bambu dalam keadaan tegak tidak memiliki jalur serapan radial, sehingga perpindahan larutan antara sel tergantung pada proses difusi secara perlahan.
  • Sel batang bambu yang berfungsi dalam proses mengalirkan bahan pengawet cuma 8% ini menyebabkan proses pengawetan bambu memerlukan waktu yang lebih lama.
  • Lapisan keras kulit bambu( cortex) menghalangi penyerapan bahan pengawet lewat bagian luar bambu, sedangkan dari bagian dalam terhalang oleh struktur lignin yang tebal.
  • Keberadaan buku- buku diantara ruas bambu mengisolasi serta memperlambat penyerapan ke bagian yang lain.
  • Ketika bambu dipotong, cairan bambu akan cepat menutupnya sehingga menghalangi akses bahan pengawet. Jadi bambu harus segera diawetkan ketika kondisinya masih basah.
  • Cairan yang ada pada batang bambu yang telah mengering membatasi proses difusi antar sel, sehingga memperlambat proses penyerapan pengawet

Baca Juga :



Bahan- bahan kimia yang sering digunakan untuk mengawetkan bambu

Boron.

Ialah campuran borax dan boric acid dengan perbandingan 1:1,4 efektif untuk menahan kumbang bubuk, rayap serta juga jamur, bambu yang diawetkan dengan campuran borax dan boric acid ,cocok digunakan untuk didalam ruangan sebab hasil pengawetan dengan borax dan boric acid tidak tahan paparan air. 5- 10% larutan boron yang direkomendasikan untuk mengawetkan bambu masih tergolong sangat aman

Sodium Penta Chloro Phenate( NaPCP).

Ialah fungisida yang biasa dikombinasikan dengan borax serta boric acid untuk melindungi bambu yang masih basah . Tetapi bahan ini sudah dilarang dibanyak Negara sebab sifatnya yang beracun.

Zinc Chloride/ Copper Sulphate.

Zinc Chloride/ Copper Sulphate ini mempunyai kandungan asam sangat tinggi serta bisa menyebabkan korosi pada baja.

CCB( Copper Cromium Boron).

Copper Cromium Boron diketahui efektif melindungi bambu, selain itu bambu yang diawetkan dengan CCB bisa bertahan lumayan lama sekalipun diaplikasikan diluar ruangan selain itu aplikasinya wajib memakai sistem tekanan supaya bisa efektif.

Copper Chrome Arsenic dan Ammoniacal Copper Arsenate.

Ialah pengawet yang bersifat permanen serta terbukti ampuh mengawetkan bambu hingga lebih dari 50 tahun, bahkan untuk digunakan di luar ruangan. Tetapi karena sifat toksisitasnya yang sangat tinggi bahan ini banyak dihindari serta dilarang.

Karosete/ Ter,

Merupakan bahan pengawet berbasis minyak, bisa diaplikasikan untuk pemakaian luar ruangan, kelemahannya yakni bambu yang diawetkan menggunakan bahan ini tidak cocok untuk furniture ataupun komponen bangunan yang bersentuhan langsung dengan manusia sebab terdapat unsur minyak, berbau serta lengket. Cocok untuk pemakaian diluar ruangan.

Cara pengawetan bambu

Brine treatment

Brine treatment pada dasarnya memaksa bambu buat menyerap zat pengawet semacam boraks, boric, CCB, CCA, ataupun ter ke dalam pori- porinya. Caranya ialah dengan memotong bagian bawah batang bambu 5- 10 cm dari bagian akarnya. Kemudian masukkan bagian bawah batang bambu tersebut ke dalam wadah yang sudah berisi cairan pengawet, jangan buang ranting serta daunnya supaya proses metabolisme bambu terus berlangsung.


Perendaman Pangkal Bambu.

Merupakan penyerapan bahan pengawet lewat kapiler bambu. Bambu yang baru dipotong diletakkan vertical dalam larutan pengawet yang ditempatkan dalam tangki, hanya sebagian dari bambu yang terendam. Lamanya perendaman antara 7 sampai 14 hari tergantung pada panjang bambu. Tata cara ini cocok untuk mengawetkan bambu dalam jumlah kecil serta dapat diaplikasikan pada bambu utuh ataupun belah juga bambu dengan ukuran pendek sekitar 2 meter

Perendaman Difusi.

Digunakan buat bambu utuh dan belah. proses difusi ialah dimana bahan pengawet masuk ke dalam bambu akibat terdapatnya perbedaan konsentrasi larutan serta keluarnya cairan bambu akibat tekanan osmosis. Percepatan proses perendaman difusi bisa terjadi dengan peningkatan kandungan larutan serta pemecahan penyekat bagian dalam( buku) bambu.

Pengawetan jenis ini sesuai untuk skala besar, minimun 100 batang bambu sekali proses. Diperlukan kolam ataupun wadah yang besar buat mengawetkan bambu dalam jumlah banyak.

Jenis perendaman difusi

Perendaman dengan Pemanasan.

untuk mempercepat proses penetrasi pengawetnya, bambu direndam larutan pengawet sambil dipanaskan



Perendaman vertical.

Bambu dilobangi, ditegakkan kemudian diisi larutan pengawet. Tekanan air akan mempercepat proses penyerapan larutan pengawet.

Boucherie.

Caranya adalah dengan memberikan tekanan untuk mengeluarkan cairan yang terdapat pada bambu yang masih basah serta pada saat bersamaan menggantikannya dengan larutan pengawet. Tata cara ini memerlukan perlengkapan seperti pompa atau tangki tekanan, pipa atau selang karet yang di tempatkan di salah satu ujung bambu. Cocok untuk pengawetan bambu utuh serta masih basah. Sebab bila bambu telah kering proses penggantian cairan tidak akan terjadi.





Tangki Bertekanan.

Pengawetan dengan tangki bertekanan cocok buat bambu yang telah kering. dengan memaksa bahan pengawet masuk ke dalam bambu. Bahan pengawet yang bisa digunakan dengan sistem ini yakni BoraxBoric, CCB, CCA serta Ter.

Prosedur pengawetan dengan tangki bertekanan meliputi:

Bambu ditempatkan dalam tangki vakum untuk mengeluarkan udara yang ada.

Pengisian tangki dengan bahan pengawet sekaligus memberikan tekanan pada larutan supaya masuk ke dalam bambu.

Proses ini biasaya dikombinasi dengan sistem fluktuasi tekanan, dimana tekanan dinaik- turunkan supaya bisa mempercepat penyerapan secara sempurna